Tempat Wisata dan Kuliner di Salatiga

12/28/2016

PLTA Jelok Tertua di Indonesia

PLTA Jelok

Berjarak sekitar 20 kilometer dari kota Salatiga, tampak harta peninggalan pemerintahan kolonial Belanda yang sarat sejarah. Harta tersebut bernama Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) tertua di Indonesia. Bagaimana kabarnya sekarang? Berikut penelusuran saya.



Sabtu (14/5) siang, sekitar pukul 13.00 bersama pasangan abadi, saya berangkat ke PLTA Jelok. Karena jalur utama ke arah Bringin macet akibat perbaikan jalan, saya mengambil rute melewati Kecamatan Tuntang. Kondisi jalan relatif bagus, beberapa kali melintasi hutan karet yang mampu membangkitkan romantisme masa lalu. Sehingga tak terasa, sepeda motor sudah memasuki kawasan Jelok.

Dari pintu gerbang Jelok, terlihat PLTA itu berada di ujung dusun paling bawah. Melewati jalan menurun yang curam, akhirnya tiba juga di tujuan. Sayangnya, penjagaan sangat ketat, sehingga kami tidak diijinkan memasuki areal PLTA. “ Kalau mau masuk, harus mengajukan ijin tertulis dulu pak. Tanpa ijin terlebih dulu, memang aturannya tak boleh masuk,” kata Kisman (45) karyawan Indonesia Power yang menjadi pengelola PLTA Jelok.PLTA Jelok, berada di Desa Delik, Kecamatan Tuntang , Kabupaten Semarang atau 30 menit perjalanan dari Kota Salatiga. Pemandangannya eksotis, posisinya yang berada di bawah lembah ditambah  dukungan keramahan warga yang tinggal di sekitarnya membuat siapa pun betah tinggal di sini. Keberadaan perusahaan  penghasil setrum yang memanfaatkan air dari Rawa Pening ini, dibangun oleh Nederlandche Indische Electriciteit Maatschappij (ANIEM) alias pengelola listrik di jaman itu.

ANIEM sendiri merupakan perusahaan asal Amterdam yang oleh pemerintahan kolonial diberi hak penuh mengelola listrik sejak tahun 1909. Dalam kondisi jaman yang serba susah, ANIEM juga mempunyai wewenang membangun PLTA. Tahun 1938, dipilih lokasi Jelok untuk didirikan PLTA pertama di Indonesia. “Sebelumnya sudah ada PLTA di Susukan, entah dibangun tahun berapa yang jelas sebelum PLTA Jelok dibangun. Tempatnya di situ,” jelas Kisman menunjuk lahan belukar yang hanya berjarak 10 meter.

Memanfaatkan air yang melimpah dari danau alam Rawa Pening, di kawasan sungai Tuntang dibuat dam untuk mengalirkan air melalui pipa raksasa. Dengan dukungan dua pipa berdiameter sekitar 1,5 meter, tekanan air mampu menggerakkan turbin sehingga menghasilkan listrik sebesar 93 GWh per tahun. Tenaga yang dihasilkan oleh dorongan air itu memang cukup dahsyat, pasalnya posisi air tingginya mencapai 144 meter. “Turbin yang dipakai buatan Werk Spoor Escher Wyss Holland type Francis poros datar yang mampu menggerakkan generator buatan AG Brown Hemaf Oerlikon dalam putaran 600 rpm,” kata Kisman.

No comments:

Post a Comment